- Sikap Antagonistis
:
V
Arti : (Menentang atau
menolak) atau sikap negatif terhadap kebudayaan ialah sikap yang melihat pertentangan
yang tak terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan dan sebagai akibatnya
ialah menolak dan menghindari kebudayaan bersama hampir semua pengungkapannya.
V
Alasan : Dalam abad – abad pertama berdirinya gereja Kristen,
banyak orang yang mengambil dan mempertahankan sikap yang menolak atau sikap
negatif terhadap kebudayaan itu.
V
Pengaruh Positif :
+ Keinsafan yang jelas tentang kekuasaan dosa ( orang yang bersikap
demikian telah memahami Firman Tuhan.
V
Pengaruh Negatif :
- Orang Kristen mempunyai kecenderungan untuk melihat segala
pengungkapan kebudayaan itu hanya sebagai pengaruh iblis
- Sikap negatif juga dapat kita lihat pada mazhab – mazhab atau
bidat – bidat. Kebanyakan mereka menolak keras kebudayaan.
- Ada juga Sekte Saksi Yehowa yang bersikap bermusuhan dan
menolak terhadap kebanyakan pengungkapan kebudayaan dan terhadap masyarakat dan
Negara serta memanggil penganut – peganutnya untuk meninggalkan dan menghindari
dunia.
- Mereka tidak mengerti bahwa gereja tidak dapat hidup tanpa
kebudayaan, kebudayaan itu termasuk hakekat manusia sebagai manusia. Barangsiapa
sungguh – sungguh dengan mutlak berkata tidak terhadap kebudayaan (menolak
kebudayaan), maka iapun berkata tidak terhadap (menyangkal) kenyataan bahwa ia
diciptakan oleh Allah menurut gambarnya.
- Sikap antagonistis kurang menginsafi, bahwa ada hubungan antara
ciptaan (Khalikah) dan pembaharuan ciptaan didalam.
- Sikap Akomodasi
dan Kapitulasi :
V
Arti : Adanya suatu sikap yang berlawanan sama sekali dengan
sikap antagonistis yaitu sikap yang menyesuaikan diri tehadap kebudayaan yang
ada.
V
Alasan : Dalam abad ketiga , Clemens dari Alexandria dan
Origenes mencoba menyesuaikan isi injil dengan isi filsafat Plato dalam tulisan
– tulisan mereka tentang theologia dan filsafat. Mereka menukarkan inti Injil
dengan hikmat dunia dan dengan demikian mereka mencoba menyesuaikan diri dengan
kebudayaan Yunani-Romawi yang ditengah – tengahnya mereka hidup.
V
Pengaruh Positif :
+ Mereka
tidak bersikap kritis terhadap kebudayaan.
+ Mereka secara teoritis atau praktis membela akomodasi kepada
kebudayaan yang ada
+ Mereka menginsafi lebih dalam daripada orang – orang yang
bersikap negatif terhadap kebudayaan yang ada, bahwa kita sebagai orang Kristen
mempunyai suatu panggilan pada bidang kebudayaan.
V
Pengaruh Negatif :
- Mereka tidak sadar akan panggilan mereka untuk berjuang melawan
kekuasaan godaan dan pengaruh Iblis dalam kebudayaan.
- Mereka yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada,
lebih tahu daripada kaum antagonis bahwa kita dipanggil untuk menjadi garam
bagi dunia dan bahwa kita tidak boleh mengasingkan diri dari dunia. Tetapi
mereka lupa bahwa garam tidak berharga jika garam itu kehilangan asinnya.
- Sikap Dominasi
:
V
Arti : Sikap menguasai dari pihak gereja terhadap kebudayaan.
V
Alasan : Gereja berada didalam tata tertib supra-alamiah. Nisbah
antara tata tertib alamiah dan tata tertib supra-alamiah adalah Hierarchis (bertingkat). Oleh karena itu
kebudayaan haruslah di bawahi oleh Hierarchie
(pertingkatan) gereja.
V
Pengaruh Positif :
+ Semua
lebih bersifat gerejani.
V
Pengaruh Negatif :
- Pandangan ini terlampau optimis ( dalam pandangan ini kebudayaan
dan kesungguhan dosa itu di pandang ringan.
- Pandangan
ini mengaburkan kekuasaan dosa dalam kebudayaan.
- Pandangan ini tidak memberikan tobat, melainkan sublimasi (pemuliaan)
kebudayaan yang ada.
- Pandangan ini tidak memanggil kita kepada regenerasi atau
kelahiran kembali, melainkan kepada elevasi yakni pengangkatan kebudayaan yang
berdosa itu ke dalam suasana Ketuhanandi bawah hierarchi gereja.
- Dalam pandangan ini, kebudayaan tidaklah mempunyai tempat
sendiri. Disini kebudayaan tidak di bawahi oleh Tuhan, melainkan oleh gereja.
Apabila gereja menguasai kebudayaan, maka tidaklah kebudayaan yang
dipersembahkan kepada Allah itu secara sebenarnya, yang ada hanyalah kebudayaan
paksaan dimana kebebasan terkekang dan tercekik.
- Dalam pandangan ini adalah bahwa yang relatif malah dimutlakkan.
Segala kebudayaan, juga kebudayaan gerejani, hanyalah suatu bagian dari suatu
percobaan, suatu Torso yaitu suatu
usaha yang tidak selesai. Segala kebudayaan yang dikuasai oleh gereja cenderung
conservatisme dan merupakan penghalang bagi kemajuan kebudayaan.
- Sikap Dualistis
:
V
Arti : Sikap serba-dua terhadap kebudayaan dimana pendirian ini
mau memisahkan iman dari kebudayaan.
V
Alasan : Kaum dualis mengatakan bahwa kebudayaan adalah hasil
usaha manusia yang berdosa. Tetapi kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh
dihindari. Di satu pihak, dalam kehidupan kaum yang beriman terdapat
kepercayaan kepada pekerjaan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, di lain pihak kita
sendiri berdiri dengan usaha – usaha kebudayaan kita yang fasik.
V
Pengaruh Positif :
+ Kaum dualis menginsafi benar – benar kekuasaan dosa yang
terasa dalam segala ungkapan kebudayaan kita. Mereka sungguh – sungguh membenci
angan – angan atau gagasan bahwa kita di dunia ini memiliki Kerajaan Allah dalam
suatu bentuk kebudayaan yang tertentu.
+ Di satu pihak, mereka menerima seluruh kebudayaan modern serta
seluruh perwujudannya, tetapi di lain pihak, mereka tidak ingin melepaskan
kepercayaannya kepada Kristus.
V
Pengaruh Negatif :
- Pada mereka tampaklah ada perpisahan antara iman dan
kebudayaan.
- Mereka melupakan bahwa
Kristus adalah Juruselamat yang mutlak, yang sempurna, dan bahwa Allah bukanlah
hanya Allah yang membenarkan orang fasik, melainkan juga menyucikan mereka yang
dibenarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar