Kamis, Desember 15, 2011

SIKAP – SIKAP YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN GEREJA


  1. Sikap Antagonistis :

V  Arti   : (Menentang atau menolak) atau sikap negatif terhadap kebudayaan ialah sikap yang melihat pertentangan yang tak terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan dan sebagai akibatnya ialah menolak dan menghindari kebudayaan bersama hampir semua pengungkapannya.
V  Alasan : Dalam abad – abad pertama berdirinya gereja Kristen, banyak orang yang mengambil dan mempertahankan sikap yang menolak atau sikap negatif terhadap kebudayaan itu.
V  Pengaruh Positif :
+ Keinsafan yang jelas tentang kekuasaan dosa ( orang yang bersikap demikian telah memahami Firman Tuhan.
V  Pengaruh Negatif :
- Orang Kristen mempunyai kecenderungan untuk melihat segala pengungkapan kebudayaan itu hanya sebagai pengaruh iblis
- Sikap negatif juga dapat kita lihat pada mazhab – mazhab atau bidat – bidat. Kebanyakan mereka menolak keras kebudayaan.
- Ada juga Sekte Saksi Yehowa yang bersikap bermusuhan dan menolak terhadap kebanyakan pengungkapan kebudayaan dan terhadap masyarakat dan Negara serta memanggil penganut – peganutnya untuk meninggalkan dan menghindari dunia.
- Mereka tidak mengerti bahwa gereja tidak dapat hidup tanpa kebudayaan, kebudayaan itu termasuk hakekat manusia sebagai manusia. Barangsiapa sungguh – sungguh dengan mutlak berkata tidak terhadap kebudayaan (menolak kebudayaan), maka iapun berkata tidak terhadap (menyangkal) kenyataan bahwa ia diciptakan oleh Allah menurut gambarnya.
- Sikap antagonistis kurang menginsafi, bahwa ada hubungan antara ciptaan (Khalikah) dan pembaharuan ciptaan didalam.



  1. Sikap Akomodasi dan Kapitulasi :

V  Arti : Adanya suatu sikap yang berlawanan sama sekali dengan sikap antagonistis yaitu sikap yang menyesuaikan diri tehadap kebudayaan yang ada.
V  Alasan : Dalam abad ketiga , Clemens dari Alexandria dan Origenes mencoba menyesuaikan isi injil dengan isi filsafat Plato dalam tulisan – tulisan mereka tentang theologia dan filsafat. Mereka menukarkan inti Injil dengan hikmat dunia dan dengan demikian mereka mencoba menyesuaikan diri dengan kebudayaan Yunani-Romawi yang ditengah – tengahnya mereka hidup.
V  Pengaruh Positif :
+ Mereka tidak bersikap kritis terhadap kebudayaan.
+ Mereka secara teoritis atau praktis membela akomodasi kepada kebudayaan yang ada
+ Mereka menginsafi lebih dalam daripada orang – orang yang bersikap negatif terhadap kebudayaan yang ada, bahwa kita sebagai orang Kristen mempunyai suatu panggilan pada bidang kebudayaan.
V  Pengaruh Negatif :
- Mereka tidak sadar akan panggilan mereka untuk berjuang melawan kekuasaan godaan dan pengaruh Iblis dalam kebudayaan.
- Mereka yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada, lebih tahu daripada kaum antagonis bahwa kita dipanggil untuk menjadi garam bagi dunia dan bahwa kita tidak boleh mengasingkan diri dari dunia. Tetapi mereka lupa bahwa garam tidak berharga jika garam itu kehilangan asinnya.


  1. Sikap Dominasi :

V  Arti : Sikap menguasai dari pihak gereja terhadap kebudayaan.
V  Alasan : Gereja berada didalam tata tertib supra-alamiah. Nisbah antara tata tertib alamiah dan tata tertib supra-alamiah adalah Hierarchis (bertingkat). Oleh karena itu kebudayaan haruslah di bawahi oleh Hierarchie (pertingkatan) gereja.
V  Pengaruh Positif :
+ Semua lebih bersifat gerejani.
V  Pengaruh Negatif :
- Pandangan ini terlampau optimis ( dalam pandangan ini kebudayaan dan kesungguhan dosa itu di pandang ringan.
- Pandangan ini mengaburkan kekuasaan dosa dalam kebudayaan.
- Pandangan ini tidak memberikan tobat, melainkan sublimasi (pemuliaan) kebudayaan yang ada.
- Pandangan ini tidak memanggil kita kepada regenerasi atau kelahiran kembali, melainkan kepada elevasi yakni pengangkatan kebudayaan yang berdosa itu ke dalam suasana Ketuhanandi bawah hierarchi gereja.
- Dalam pandangan ini, kebudayaan tidaklah mempunyai tempat sendiri. Disini kebudayaan tidak di bawahi oleh Tuhan, melainkan oleh gereja. Apabila gereja menguasai kebudayaan, maka tidaklah kebudayaan yang dipersembahkan kepada Allah itu secara sebenarnya, yang ada hanyalah kebudayaan paksaan dimana kebebasan terkekang dan tercekik.
- Dalam pandangan ini adalah bahwa yang relatif malah dimutlakkan. Segala kebudayaan, juga kebudayaan gerejani, hanyalah suatu bagian dari suatu percobaan, suatu Torso yaitu suatu usaha yang tidak selesai. Segala kebudayaan yang dikuasai oleh gereja cenderung conservatisme dan merupakan penghalang bagi kemajuan kebudayaan.


  1. Sikap Dualistis :

V  Arti : Sikap serba-dua terhadap kebudayaan dimana pendirian ini mau memisahkan iman dari kebudayaan.
V  Alasan : Kaum dualis mengatakan bahwa kebudayaan adalah hasil usaha manusia yang berdosa. Tetapi kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh dihindari. Di satu pihak, dalam kehidupan kaum yang beriman terdapat kepercayaan kepada pekerjaan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, di lain pihak kita sendiri berdiri dengan usaha – usaha kebudayaan kita yang fasik.

V  Pengaruh Positif :
+ Kaum dualis menginsafi benar – benar kekuasaan dosa yang terasa dalam segala ungkapan kebudayaan kita. Mereka sungguh – sungguh membenci angan – angan atau gagasan bahwa kita di dunia ini memiliki Kerajaan Allah dalam suatu bentuk kebudayaan yang tertentu.
+ Di satu pihak, mereka menerima seluruh kebudayaan modern serta seluruh perwujudannya, tetapi di lain pihak, mereka tidak ingin melepaskan kepercayaannya kepada Kristus.
V  Pengaruh Negatif :
- Pada mereka tampaklah ada perpisahan antara iman dan kebudayaan.
-  Mereka melupakan bahwa Kristus adalah Juruselamat yang mutlak, yang sempurna, dan bahwa Allah bukanlah hanya Allah yang membenarkan orang fasik, melainkan juga menyucikan mereka yang dibenarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar