DAFTAR ISI :
- Bab I Pendahuluan
ü Latar Belakang
ü Permasalahan
ü Tujuan
ü Manfaat
§ Bab II
Tinjauan Pustaka
- Bab III Pembahasan
o
Pengertian Tanah Longsor dan Gejala Umumnya
o
Penyebab Terjadinya Bencana
Tanah Longsor di Kota Ambon
o
Contoh Kasus
Tanah Longsor di Kota Ambon dan Kerugian yang Ditimbulkan
o
Laporan Bencana Tanah Longsor di Kota Ambon
o
Rekapitulasi dan Grafik Data Bencana di Kota Ambon
o
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
o
Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor di Kota
Ambon
§
Bab IV Kesimpulan
dan Saran
a.
Kesimpulan
b. Saran
- Daftar Pustaka
- Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN
ü Latar
Belakang :
Latar Belakang disusunnya makalah ini ialah untuk
membahas mengenai masalah longsor yang sering terjadi di kota Ambon.
Inti dari makalah ini ialah untuk mengetahui penyebab
terjadinya bencana alam khususnya bencana tanah longsor yang sering terjadi di
kota Ambon, bagaimana kasus tanah longsor di kota Ambon, laporan data dan
grafiknya, serta tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat dan
mahasiswa demi menjaga alam dan ekosistem yang berada di dalamnya.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi
setiap saat dimana saja, kapan saja dan menimbulkan kerugian material dan
imaterial bagi kehidupan masyarakat.
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah
batuan.
Banyak akibat dari bencana tanah longsor ini yang
mungkin dapat mengakibatkan kehilangan tempat tinggal, kerugian harta benda
maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang
membawa dampak sosial dan ekonomi, oleh karena itu pemahaman terhadap proses
terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat penting bagi
mahasiswa, pemerintah maupun masyarakat.
ü Permasalahan
:
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan terdahulu, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahannya ialah “ Apa itu bencana tanah longsor , bagaimana
kasus bencana tanah longsor di kota Ambon, laporan datanya dan bagaimana strategi
dan upaya penanggulangan yang kita lakukan selaku warga kota Ambon untuk
mencegah terjadinya bencana tanah longsor? ”
Dari paparan di atas, inti permasalahan dari makalah ini adalah:
1. Apa yang anda ketahui mengenai tanah longsor ?
2. Apa penyebab terjadinya bencana alam tanah
longsor?
3. Contoh kasus tanah longsor di kota Ambon dan kerugian yang ditimbulkan
!
4. Bagaimana laporan data mengenai bencana tanah longsor yang pernah
terjadi di kota Ambon?
5. Apa tahapan mitigasi bencana tanah longsor ?
6. Apa strategi dan upaya penanggulangan bencana
tanah longsor di kota Ambon ?
ü Tujuan
:
Secara umum, tujuan penulisan makalah ini ialah “
Untuk mengetahui informasi mengenai longsor di Kota Ambon dan cara menanganinya
“.
Sedangkan tujuan penulisan makalah ini secara khusus ialah :
1. Untuk mengetahui pengertian tanah longsor.
2. Untuk mengetahui gejala umum terjadinya tanah longsor.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya bencana alam tanah longsor.
4. Untuk mengetahui wilayah di kota Ambon yang pernah terkena longsor
parah dan bagaimana kerugiannya.
5. Untuk melihat data – data , cara penanganan dan grafik bencana alam
tanah longsor yang telah di rekap oleh BNPB atau pemerintah pusat.
6. Untuk mengetahui tahapan mitigasi bencana tanah longsor.
7. Untuk mengetahui strategi dan upaya penanggulangan bencana tanah
longsor di kota Ambon.
8. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
ü Manfaat
:
Manfaat penulisan makalah ini ialah agar kita selaku
warga masyarakat dapat mengetahui kasus bencana tanah longsor yang pernah terjadi
di kota Ambon dan dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut, serta kita
dapat menghimbau masyarakat untuk menjaga alam agar tidak terjadi bencana tanah
longsor lagi pada saat musim hujan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah
atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya
terjadi didaerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan
bebatuan yang rapuh. Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah
longsor. Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti
penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran
translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan
aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak
terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban
jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1.
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2.
Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3.
Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang
bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.
4.
Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan
atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu -
batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5.
Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang
bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah
longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor
jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang - tiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
6.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai
ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
Bencana tanah longsor terjadi karena proses alamiah
dalam perubahan struktur muka bumi, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor
penyebab.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga
tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi,
curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun
secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.
Faktor alam :
Kondisi alam yang
menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
§ Kondisi geologi: batuan lapuk,
kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung api.
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung api.
§ Iklim: curah hujan yang tinggi.
§ Keadaan topografi: lereng yang
curam.
§ Keadaan tata air: kondisi
drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
§ Tutupan lahan yang mengurangi
tahan geser, misal tanah kritis.
Faktor manusia :
Ulah manusia yang tidak bersabat
dengan alam antara lain:
§ Pemotongan tebing pada penambangan
batu dilereng yang terjal.
§ Penimbunan tanah urugan di daerah
lereng.
§ Kegagalan struktur dinding
penahan tanah.
§ Penggundulan hutan.
§ Budidaya kolam ikan diatas
lereng.
§ Sistem pertanian yang tidak memperhatikan
irigasi yang aman.
§ Sistem drainase daerah lereng
yang tidak baik.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
B. Gejala
Umum Tanah Longsor
·
Muncul retakan-retakan di lereng yang
sejajar dengan arah tebing,
·
Muncul mata air secara tiba-tiba,
·
Air sumur di sekitar lereng menjadi
keruh,
·
Tebing rapuh dan kerikil mulai
berjatuhan.
C. Penyebab
Tanah Longsor di Kota Ambon
1.
Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan
November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Muncullah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan
tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak.
Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air
pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk
dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
2.
Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air,
air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah
180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3.
Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung
atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng >
220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama
bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara
terlalu panas.
4.
Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan
sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang
kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan
dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang
terjal.
5.
Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan
persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada
lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak
dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah
longsoran lama.
6.
Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh
gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat
yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7.
Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka
gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah
terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8.
Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada
lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering
terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9.
Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing
akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada
tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman
umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi
selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang
relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas
longsoran lama memiliki ciri:
·
Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda.
·
Umumnya dijumpai mata air, pepohonan
yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·
Daerah badan longsor bagian atas
umumnya relatif landai.
·
Dijumpai longsoran kecil terutama
pada tebing lembah.
·
Dijumpai tebing-tebing relatif
terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·
Dijumpai alur lembah dan pada
tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·
Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas
(bidang tidak sinambung)
Bidang
tidak sinambung ini memiliki ciri:
·
Bidang perlapisan batuan
·
Bidang kontak antara tanah penutup
dengan batuan dasar
·
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak
dengan batuan yang kuat.
·
Bidang kontak antara batuan yang
dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
·
Bidang kontak antara tanah yang
lembek dengan tanah yang padat.
·
Bidang-bidang tersebut merupakan
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak
terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat
kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang
rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah
longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan.
D. Ciri
– ciri wilayah Rawan Tanah Longsor
·
Pernah
terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
·
Berada
pada daerah yang terjal dan gundul
·
Merupakan
daerah aliran air hujan
·
Tanah
tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi.
E.
Contoh Kasus Tanah Longsor di
Kota Ambon dan Kerugian yang Ditimbulkan
ü BERITA
I
Ambon (Antara Maluku) -
Pemerintah provinsi Maluku membutuhkan dana Rp150 miliar untuk menangani
berbagai dampak pasca longsor yang terjadi di sejumlah daerah pada 30 April
2011. Kadis PU Maluku, Anthonius
Sihaloho, di Ambon, Jumat, menyatakan usulan dana tersebut telah disampaikan ke
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) yang mengirimkan tim untuk
melakukan pemantauan berbagai kerusakan. Ia mengungkapkan, tanah longsor
telah mengakibatkan jalan dan jembatan rusak, juga daerah permukiman warga
seperti di Dusun Mamua, desa Hila, kecamatan Leihitu Timur (Maluku Tengah).
Peristiwa tanah longsor pada 30
April 2011 juga menewaskan warga Batu Gantung, kecamatan Nusaniwe, Febby
Kuruwal. Bencana serupa pada 31 Juli 2011 di kawasan Bere - Bere, kelurahan
Batu meja, kota Ambon pada 31 Juli 2011 bahkan menewaskan satu keluarga
bermarga Makatita, masing-masing Baltazar Makattita (50) dan istri, Ny. Lusiana
Makattita (44), dan dua anak mereka (Margie Makattita, 13 dan Erens Makatitta,
10), sedangkan Freiska Makatitta (32) mengalami patah kaki sehingga menjalani
operasi di RSUD dr. M. Haulussy. Anthonius mengakui penanganan berbagai
kerusakan tersebut sangatlah tergantung alokasi dana dari pemerintah pusat,
sehingga BPBN diharapkan memperjuangkannya di kementerian atau badan teknis
agar terakomodir dalam APBN Perubahan 2011 atau APBN 2012. "Kami memiliki
keterbatasan anggaran untuk penanganan bencana alam tersebut sehingga hanya
disediakan Rp6,5 miliar (APBD Maluku) untuk Kota Ambon, sedangkan lainnya
tergantung dana dari pemerintah pusat," ujarnya.
Dia memastikan curah hujan
dengan intensitas tinggi selama tenggat waktu empat bukan terakhir ini
merupakan penyebab terjadinya berbagai kerusakan tersebut. "Penanganan
tanggap darurat pun tidak mampu menahan derasnya banjir maupun tanah longsor
sehingga sejumlah kawasan tingkat kerusakan lebih parah dari sebelumnya seperti
di Dusun Mamua," kata Anthonius. Dia juga memandang perlu mengingatkan
warga agar tidak membangun rumah di bantaran sungai maupun lereng gunung
sebagaimana telah dilarang pemerintah kota (Pemkot) Ambon. "Terjadi
musibah barulah pemerintah dituding kurang kepedulian sosial terhadap warga
yang sebenarnya kurang kesadaran dengan melanggar imbauan maupun larangan,"
ujar Anthonius Sihaloho.
ü BERITA
II
AMBON, KOMPAS.com – Empat orang
tewas saat tanah longsor menimpa rumah mereka di kawasan Kelurahan Batu
Meja, Kota Ambon, Maluku, Minggu (31/7/2011) sekitar pukul 03.00 WIT.. Keempat
korban tewas itu merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami istri Baltazar
(48) dan istrinya Lusi, serta dua anak mereka Marki (13) dan Erens (10).
Seorang kerabat keluarga, Jemmy
Alfons, menyatakan, saat longsor terjadi para korban semuanya lagi tertidur dan
tidak sempat melarikan diri.Hanya menantu Baltazar, Rapinska, yang lolos dari
maut meskipun kakinya patah.
Kapolres Pulau Ambon dan
Pulau-pulau Lease, AKBP Djoko Susilo menyatakan, tanah longsor ini terjadi akibat
hujan deras yang mengguyur kota Ambon beberapa hari terakhir ini. “Kawasan
di atas rumah keluarga ini adalah daerah perbukitan yang dijadikan tempat
pembuangan sampah oleh warga. Akibat tergerus air, akhirnya terjadi longsor
yang langsung menimbun rumah keluarga ini,” katanya.
Sedikitnya 200 aparat gabungan
TNI/Polri dan Basarnas dikerahkan untuk mencari jasad korban dari
timbunan tanah longsor tersebut. Keempat jenazah korban ini langsung di
evakuasi ke RSUD Dokter Haulussy Ambon untuk diotopsi. Sementara korban
Rapinska menjalani perawatan di rumah sakit yang sama.
ü BERITA
III
Ketika hujan terus mengguyur Kota
Ambon beberapa hari lalu, ada berbagai bencana alam yang terjadi, diantaranya bencana
alam tanah longsor yang terjadi di kawasan Kelurahan Batu Gajah Ambon, Batu
Meja, Desa Hatalai Kecamatan Leitimur Selatan dan di Dusun Nahel Desa Amahusu
Kecamatan Nusaniwe.
Dari daerah yang mengalami
longsor, Desa Hatalai dan Kelurahan Batu Gajah adalah daerah yang sangat parah,
dimana sebagian rumah warga hancur tertimbun tanah, sehingga mengakibatkan
sebagian kepala keluarga harus mengungsi, dimana rumah yang tertimpa
longsor sebanyak 26 rumah yang terletak di RT 003 dan RT 004/RW 04 Kelurahan
Batu Gajah, rabu(25/5).
Menurut warga sampai tanggal 27
Mei 2011 belum ada bantuan dari Pemerintah Provinsi Maluku/Kota Ambon padahal
meraka sangat membutuhkan bantuan tersebut di tempat pengungsian. Bantuan yang
mereka terima saat ini hanya dari Palang Merah Indonesia Cabang Ambon berupa
beras dan mie instan.
Dari penuturan Wali Kota Ambon
Drs. M.J. Papilaja (28 Mei 2011) pihaknya telah memberikan bantuan darurat
dengan memberikan karung untuk mencegah tanggul yang jebol akibat tingkat curah
hujan yang tinggi, serta bantuan tanggap darurat juga telah disalurkan oleh Satkorlak
Penanggulangan Bencana Kota Ambon sesuai dengan standar yang berlaku.
Bahkan, tiap SKPD di lingkup Pemkot telah menyerahkan sumbangan sukarela
dari para pegawai, berupa sembako dan pakaian layak pakai bagi korban bencana,
sekaligus melakukan peninjauan di lokasi banjir dan longsor di lima belas titik
pada lima Kecamatan di Kota Ambon. Selain itu pihaknya telah memerintahkan
Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon untuk melakukan penggerukan di lima buah sungai
yang ada di Kota Ambon termasuk di daerah Batu Merah walaupun menurutnya ini
masih tanggung jawab Pemerintah Provinsi Maluku.
Dengan nada yang sama pada siaran
TV lokal (Molucca TV) Walikota Ambon Drs. M.J. Papilaya mengungkapkan bahwa apa
yang terjadi selama ini akibat ketidakseimbangan alam yang dirusak oleh warga
dengan menebang pohon, mengikis bukit untuk membangun rumah, dan membangun
pemukiman di daerah bantaran sungai.
Mungkin ini adalah ungkapan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Kota menyikapi persoalan yang terjadi di Kota ini,
karena warga kota Ambon tidak mempunyai kesadaran dalam menjaga Hutan. Namun
semua ini bisa dilakukan oleh semua orang ketika akan memimpin Kota Ambon,
alasannya karena Pemerintah Kota Ambon sendiri tidak tegas dalam menertibkan
warganya. Bisa diambil contoh : Warga Kota Ambon membuat pemukiman di
sekitar daerah penyangga Hutan Lindung Gunung Nona, merusak ekosistem hutan
dengan cara melakukan penggalian batuan (Galian C) di daerah penyangga Hutan
Lindung Gunung Nona dan ironisnya lagi ada Rumah yang dibangun oleh salah satu
Oknum Anggota DPR Provinsi Maluku yang sudah ada sejak tahun 2002.
Apa yang bisa kita harapkan dari
pemerintah Kota maupun Provinsi dalam menjaga Hutan di Maluku khususnya di Kota
Ambon, bila pengambil kebijakan malah seenaknya saja menyalahi aturan. Apakah
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) yang dilakukan selama ini hanya
pemenuhan Program Pemerintah Pusat tanpa ada pembinaan yang baik dari Dinas
Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Kota Ambon bagi masyarakat di sekitar
hutan.
Bukan tidak mungkin mengingat
musim hujan masih berlangsung sampai penghujung bulan September dengan tingkat
curah hujan yang sangat tinggi sehingga dapat mengakibatkan bencana susulan.
Ini bukan kritik yang harus
ditanggapi tetapi ini adalah seruan hati bagi pemerintah Provinsi dan Kota
Ambon dalam menjaga Hutan, karena menjaga Ekosistem Hutan adalah tanggung
jawab kita bersama.
ü BERITA
IV
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kota Ambon, Brury Nanulaita mengungkapkan, kerugian akibat bencana alam baik
tanah longsor maupun kerusakan infrastruktur di berbagai kawasan di Kota Ambon
mencapai Rp. 35 miliar.
“Kami bersama Badan
Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) telah melakukan peninjauan terhadap
kawasan-kawasan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam pada tahun ini,” ungkap
Nanulaita kepada wartawan di Balai Kota Ambon, Rabu (10/8).
Menurutnya, dari hasil tinjauan
yang dilakukan di sebagian Kecamatan Sirimau, Leitimur Selatan, Baguala dan
Kecamatan Teluk Ambon, yang dilakukan pada Selasa (9/8), telah dilakukan inventarisasi
terhadap berbagai fasilitas yang mengalami kerusakan yang diakibatkan bencana
alam.
“Ada 16 titik yang mengalami
kerusakan akibat bencana. Kita sementara taksir, kerugian akibat bencana ini
sekitar Rp 35 milyar,” ujarnya.
Hasil inventarisasi kerugian akibat
bencana alam tersebut akan disusun dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) per
kecamatan kemudian ada usulan dari Walikota Ambon kepada Gubernur Maluku,
sehingga gubernur mengeluarkan rekomendasi untuk kemudian diusulkan kepada BPBN
di Jakarta.
“Tidak ada anggaran yang berasal
dari APBD untuk menanggulangi kerusakan akibat bencana alam tersebut, sehingga
kita berharap nanti dana dari BPBN pusat,” tandasnya.
ü BERITA
V
Sedikitnya 89 unit rumah milik
warga di kota Ambon mengalami rusak berat akibat tanah longsor, banjir dan gelombang pasang yang
terjadi menyusul cuaca buruk selama sepekan terakhir di ibukota Provinsi Maluku
itu.
Kepala Bidang Bantuan Jaminan
Sosial Dinas Sosial Kota Ambon, Hendrik Terinathe, di ruang kerjanya, Sabtu
(5/7) mengatakan, 89 unit rumah yang rusak itu tersebar pada 20 lebih
Desa/Kelurahan pada lima kecamatan yang ada di Ambon. Selain korban material,
tercatat juga dua orang tewas tertimbun tanah longsor yakni Johana
Haumahu, warga Desa Passo, Kecamatan Baguala dan Leo Korteluw, warga Kelurahan
Benteng, Kecamatan Sirimau serta seorang anak, Stevi Haumase (7) tewas terseret
arus banjir, pada Rabu lalu (2/7). Ia mengatakan, bantuan tanggap darurat
berupa beras, ikan kaleng, mie instan, kecap dan minyak goreng sementara
disalurkan kepada korban bencana, sedangkan bantuan untuk perbaikan rumah masih
baru akan diberikan kemudian. "Sebenarnya banyak warga yang terkena
longsor, tapi berdasarkan aturan yang ada, bantuan hanya diberikan pada para
korban yang akibat bencana tidak bisa beraktivitas di rumahnya lagi,"
kata Terinathe. Ia juga menyatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas
Kesejateraan Sosial (Dinkesos) Provinsi Maluku untuk penanggulangan para korban
bencana ini.Sehubungan dengan cuaca yang kurang bersahabat di ibukota provinsi
Maluku itu, Terinathe menghimbau masyarakat untuk berhati - hati
mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama
bagi warga yang tinggal di pinggiran sungai dan pegunungan.
Sementara itu, pihak Badan
Metereologi dan Geofisika (BMG) Ambon, masih memperingatkan warga yang
tinggal di daerah pinggiran sungai dan lereng-lereng bukit untuk berhati-hati
dan waspada, karena curah hujan yang tinggi masih akan terjadi selama beberapa
hari mendatang.
ü BERITA VI
Ambon - Inilah sejumlah kawasan
yang terdeteksi rawan longsor di Kota Ambon. Pakar Geologi Maluku, Abraham
Tomasoa mengaku, kawasan yang terdeteksi rawan longsor, yakni Batu Gantung,
Mangga Dua, Batu Gajah, Batu Meja, Batu Merah, Skip, Bere-Bere dan Karang
Panjang.
"Daerah-daerah ini rawan
longsor karena batuannya merupakan batuan gunung api. Dimana batuan gunung api
itu jarang terpadatkan dengan benar, sehingga mudah terlepas atau
keropos," ungkap Tomasoa kepada pers di Kantor Gubernur Maluku, Selasa
(3/5).
Tomasoa yang juga Kepala Dinas
Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku ini menjelaskan,
daerah-daerah tersebut merupakan daerah rawan longsor karena batuannya
merupakan batuan gunung api, di mana ketika terjadi letusan gunung api, batuan
naik ke atas dan kemudian jatuh. Pada saat jatuh itu tidak terpadatkan,
sehingga dia muda terlepas. Olehnya itu msyarakat harus berhati-hati dan
waspada setiap musim penghujan tiba.
Pasalnya, daerah-daerah
tersebut merupakan langganan longsor, sebab ketika batuan gunung api lepas dan
jenuh terhadap air, maka akan terjadi longsoran.
Terlebih lagi lanjut Tomasoa,
kondisi sekarang dengan derasnya hujan yang turun pada daerah-daerah tersebut,
maka para penghuni diminta untuk berhati-hati.
"Penghuni yang ada di
daerah-daerah lereng itu harus hati-hati karena kondisi batuan yang demikian
akan memudahkan untuk terjadinya tanah longsor," katanya mengingatkan.
Diungkapkan, saat ada beban di
daerah tersebut maka beban itu akan memicu gerakan tanah atau longsoran. Bagi
warga yang tinggal di bawah gunung atau di bawah pohon-pohon yang besar diminta
segera mencari tempat lain atau bila perlu tidak bermukim di tempat itu lagi.
Lebih jauh dijelaskan, dari
laporan Badan Geologi beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke Ambon saat
terjadi bencana Batu Gantung, ternyata ada beberapa daerah lainnya juga yang
terdeteksi sebagai daerah rawan longsor.
"Kalau laporan dari Badan
Geologi Pusat pada saat mereka berkunjung ke Ambon tahun kemarin, daerah rawan
longsor selain disebutkan di atas, ada juga di Air Kuning. Selain itu ada juga
alur-alur seperti juga di Amahusu, Erie dan daerah gunung seperti Soya, Ema,
Kilang dan Hukurila. Semua ini rawan terhadap longsor," urai Tomasoa.
Olehnya,
bagi warga yang bermukim di daerah-daerah tersebut, langkah antisipasi, yakni
dengan membuat talud. Pembuatan talud juga tidak asal-asalan, tetapi harus
sesuai dengan konstruksi bangunan yang siap menahan banjir dan longsor.
A. Laporan
Bencana Tanah Longsor di Kota Ambon
DATA/
INFORMASI
KEJADIAN
DAN DAMPAK BENCANA
(Laporan untuk Batu Gantung, 24 Juni 2010)
v KEJADIAN
BENCANA
§ Umum
a.
Jenis :
Tanah Longsor
b.
Tanggal/ Waktu : 16 Juni 2010 (mulai pukul 22.30 WIT)
c.
Lokasi :
Batu Gantung
d.
Keterangan : -
§ Korban Jiwa
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (jiwa)
|
||||
Hilang
|
Luka Berat
|
Luka Ringan
|
Pengungsi
|
MD *
|
|||
1
|
Nusaniwe
|
Batu Gantung Dalam
|
-
|
3
|
6
|
205
|
8
|
JUMLAH
|
-
|
3
|
6
|
205
|
8
|
(* MD= Meninggal Dunia)
§ Kerusakan
a.
Pemukiman
Ø Rumah
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (unit)
|
Ket
|
||
Rusak Ringan
|
Rusak
Berat
|
Rusak
Total
|
||||
1
|
Nusaniwe
|
Batu Gantung Dalam
|
2
|
4
|
2
|
|
JUMLAH
|
2
|
4
|
2
|
|
Ø Longsor
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah
|
Ket
|
1
|
Nusaniwe
|
Batu Gantung Dalam
|
1
|
Ketinggian
longsoran ± 70 m, sehingga bongkahan batu dan tanah
merusakkan beberapa rumah di bawahnya.
|
v UPAYA
PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN
§ Terhadap
Korban:
Ø
Meninggal :
Telah dilaksanakan evakuasi dan
pemakaman untuk 8 (delapan) jenasah yang meninggal. Atas nama: Polly Noya (56
thn), Ny. Merry Noya (52 thn), Susi Noya (29 thn), Herman Noya (14 thn), Dea
Noya (8 thn), Ipy Noya (3 thn), Dede (9 bln) dan Johana Halatu Sekawael (55
thn).
Kegiatan pencarian dan evakuasi
korban ini dilaksanakan setelah bencana, sampai dengan tanggal 17 Juni 2010
pukul 02.00 WIT dan ditemukan 6 (enam) orang korban oleh masyarakat dibantu
anggota Kodim. Pada pukul 02.15 WIT kegiatan pencarian dihentikan karena cuaca
tidak mendukung dan sesuai informasi dari masyarakat bahwa diatas ketinggian
terdapat batu berukuran besar tergantung dan rawan terjadinya longsor susulan.
Pada pukul 06.00 WIT pencarian korban dilanjutkan dan ditemukan 1 (satu) orang
korban atas nama Dede (9 bln; Kristen). Pada pukul 13.30 WIT ditemukan kembali
1 (satu) orang korban meninggal atas nama Johana Halatu Sekawael.
Ø
Luka
Berat :
Korban yang mengalami luka berat
telah dievakuasi ke RSU dr. Haulussy Ambon, atas nama:
a. Simon Alfons (71 thn)
b. Rita Kili-kili (38 thn)
c. Dece Pelamonia (38 thn)
Ø
Luka
Ringan :
Warga yang mengalami luka ringan
telah mendapat perawatan, antara lain:
a. Elen Lutlutur (48 thn)
b. Juan Lutlutur (4 thn)
c. Ferby Soumokil (4 thn)
d. Jo Kili-kili (2 thn)
e. Nadia (3 thn)
f. Nel Soumokil (4 thn)
Ø
Hilang :
-
Ø
Pengungsi :
Warga yang rumahnya hancur, telah
mengungsi ke rumah keluarga. Sedangkan masyarakat yang berdomisili di sekitar
tempat longsor, dievakuasi ke tempat pengungsian.
Untuk masyarakat yang berada di
sekitar lokasi juga sudah dievakuasi ke tempat yang lebih aman sebanyak 56 KK (Kepala Keluarga) = 205 (Dua Ratus
Lima) orang.
Dapur Lapangan resmi dialihkan ke
dapur lapangan yang dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan terpal di sekitar
lokasi tempat penyimpanan barang masyarakat yang dievakuasi sesuai permohonan
masyarakat kepada Dinas Sosial Kota Ambon. Oleh sebab itu, Dinas Sosial Kota
Ambon saat ini hanya menyuplai bahan makanan mentah (seperti: beras, mie
instan, ikan kaleng) kepada masyarakat untuk dimasak sendiri oleh warga.
·
Orang Sakit :
Data yang diperoleh dari Posko
Kesehatan Batu Gantung Dalam, diperoleh data orang sakit antara lain:
-
Tanggal 18 Juni
2010, terdapat 17 warga yang berobat.
-
Tanggal 19 Juni
2010, terdapat 15 warga yang berobat.
-
Tanggal 21 Juni
2010, terdapat 20 warga yang berobat.
-
Tanggal 22 Juni
2010, terdapat 5 warga yang berobat.
-
Tanggal 23 Juni
2010, terdapat 3 warga yang berobat.
Umumnya penyakit yang dikeluhkan
antara lain: Darah Tinggi dan ISPA.
§ Terhadap
Kerusakan:
Untuk sementara waktu penanganan
terhadap kerusakan, masih menunggu kondisi cuaca agak membaik. Kerusakan rumah,
terdapat 8 rumah yang mengalami kerusakan. Adapun daftar rumah yang mengalami
kerusakan, antara lain:
·
Rusak Ringan atas nama Kel. Alo Lutlutur dan Kel. Evi
Soumokil.
·
Rusak Berat atas nama Kel.S. Alfons, Kel. L.Halatu,
Kel. D. Patty dan Kel. J. Keliduan.
·
Rusak Total atas nama Kel. P. Noya dan Kel. Rido Matoke.
Tanggal 21 Juni 2010, Tim dari
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung kembali mengunjungi daerah longsoran awal
didampingi petugas Posko Penanggulangan Bencana. Hasil survey sementara dan
data peta geologi, daerah tersebut merupakan daerah berbatu dengan jenis batu
gamping yang telah lapuk. Hasil penelitian selengkapnya akan dilaporkan secara
resmi oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Bandung.
v
SUMBER DAYA
§ Sarana Prasarana
Sarana Prasarana yang digunakan,
antara lain: cangkul, sekop, karung, palu dan linggis.
§ Sumber Daya Manusia
Relawan yang membantu proses
evakuasi dan pembersihan berasal dari personil TNI/Polri dan Tagana Dinas
Sosial Propinsi Maluku.
§ Logistik
Bantuan logistik yang disalurkan
ke Posko Penanggulangan Bencana Batu Gantung Dalam, antara lain:
Ø Dinas Sosial Kota Ambon
-
Ikan
Kaleng/ Sardencis 11
Dos
-
Mie
Instan (Sarimie) 12
Dos
-
Beras 10
Karung (15 kg/ karung)
-
Kecap
Nasional 1
Dos
-
Sambal
Botol 1
Dos
-
Telur 100
Butir
-
Kain
Selimut 20
Buah
-
Terpal 16
Buah
-
Minyak
Goreng 1
Karton
-
Tikar 10
Buah
-
Minyak
Tanah 25
Liter
Ø BPBD Provinsi Maluku
-
Skop 25
Buah
-
Cangkul 24
Buah
-
Kayu 5/7 9
Potong
Ø Dinas PU Kota Ambon
-
Hammer 8
Buah
Adapun Bantuan Logistik yang
telah disalurkan ke dapur masyarakat tertanggal 20 Juni 2010, antara lain:
-
Beras 8
Karung
-
Sarimie 8
Karton
-
Minyak
Goreng 1
Karton
-
Ikan
Kaleng/ Sardencis 4
Karton
-
Tikar 10
Buah
-
Minyak
Tanah 25
Liter
v KENDALA
§ Pada tanggal 20 Juni 2010, dini
hari, masih terdapat bongkahan batu yang jatuh dari ketinggian kurang lebih 70
M. Sehingga pekerjaan pembersihan puing-puing tidak dapat dilaksanakan secara
maksimal karena rawan longsor. Ukuran bongkahan batu yang jatuh berdiameter 1
M.
§ Jenis batuan yang rawan jatuh
merupakan jenis batuan gamping choral yang sudah lapuk, dalam kondisi labil.
§ Masih banyak rumah-rumah
masyarakat yang berada di bawah jalur longsoran.
§ Cuaca di sekitar lokasi bencana
sampai saat ini masih sering turun hujan yang mengakibatkan terjadinya
kerawanan longsor susulan.
§ Peralatan pembersihan dan
pembongkaran bongkahan batu akibat longsor belum lengkap. Hanya hammer (palu)
yang baru didatangkan. Pahat beton sampai saat ini belum didatangkan.
§ Koordinasi antar instansi tentang
teknis dan waktu pelaksanaan penanggulangan batu yang rawan longsor sampai saat
ini belum mencapai titik temu. Instansi terkait (khususnya Dinas PU) belum
memberikan informasi tentang rencana kegiatan dan penanganan teknis batu yang rawan
jatuh.
v KEBUTUHAN
DARURAT
§ Makanan dan air minum
§ Kebutuhan dasar
sandang (Pakaian, selimut, sarung, alas tidur, perlengkapan mandi, dll)
§ Peralatan untuk pembersihan bongkahan batu
akibat longsor (pahat beton/ betel, gancu, dll)
§ Terpal untuk menutupi rumah yang rusak dan
bagian tanah yang longsor.
v POTENSI
BENCANA SUSULAN
Bencana
susulan berpotensi terjadi jika cuaca tetap buruk.
DATA/
INFORMASI
KEJADIAN
DAN DAMPAK BENCANA
(Laporan untuk Batu Merah, 24 Juni 2010)
v KEJADIAN
BENCANA
§ Umum
a. Jenis : Banjir
dan Tanah Longsor
b. Tanggal/ Waktu : 12 – 13 Juni 2010 (mulai pukul 23.00 WIT)
c. Lokasi : Kota
Ambon
d. Keterangan : Bencana
tersebar di beberapa lokasi pada tiap kecamatan.
§ Korban Jiwa
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (jiwa)
|
||||
Hilang
|
Luka Berat
|
Luka Ringan
|
Pengungsi
|
MD *
|
|||
1
|
Sirimau
|
Desa Batu Merah
|
-
|
1
|
-
|
38
|
2
|
Kel. Amantelu
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
||
Kel. Karang Panjang
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
||
Kel. Batu Meja
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
||
Kel. Waihoka
|
-
|
1
|
-
|
7
|
-
|
||
Hative Kecil
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
||
|
|
|
|
|
|
||
2
|
Nusaniwe
|
Kuburan Kristen
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Air Salobar (Gd.Dolog)
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
||
Ponegoro
|
-
|
-
|
2
|
|
|
||
3
|
Baguala
|
Waiheru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
JUMLAH
|
-
|
2
|
2
|
45
|
2
|
(* MD= Meninggal Dunia)
§ Kerusakan
a.
Pemukiman
Ø Rumah
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (unit)
|
Ket
|
|
Rusak Ringan
|
Rusak
Berat
|
||||
1
|
Sirimau
|
Desa Batu Merah
|
4
|
5
|
|
Kel. Amantelu
- RT 003/ RW 03
- RT 005/ RW 05
- RT 006/ RW 18
|
-
1
1
|
5
1
1
|
|
||
Kel. Karang Panjang
- RT 003/ RW 02
- RT 001/ RW 02
- RT 003/ RW 04
- RT 001/ RW 06
- RT 002/ RW 03
|
2
1
4
-
-
|
3
-
-
1
3
|
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
|
||
Kel. Batu Meja
|
16
|
9
|
|
||
Kel. Waihoka
- RT 001/ RW 03
- RT 003/ RW 01
- RT 001/ RW 02
- RT 003/ RW 02
- RT 002/ RW 01
- RT 001/ RW 04
- RT 002/ RW 04
|
3
4
-
-
2
-
|
3
-
5
2
-
-
-
|
Untuk
data Kelurahan Waihoka telah
diverifikasi oleh Dinsos Kota Ambon (21/6)
|
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (unit)
|
Ket
|
||
Rusak Ringan
|
Rusak
Berat
|
|||||
|
|
- RT 005/ RW 03
- RT 003/ RW 03
- RT 003/ RW 04
|
1
1
1
|
-
-
-
|
|
|
-
Hative Kecil
|
-
|
2
|
|
|||
Batu Gajah
|
-
|
-
|
|
|||
Desa Soya
- RT 002/ RW 07
- RT 001/ RW 04
-
|
-
-
|
3
1
|
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
(Kerusakan
di bagian Dapur)
|
|||
Batu Meja
-RT 003/ RW 07
-RT 005/RW 07
|
-
-
|
1
1
|
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
(Kerusakan
pd Dinding Rumah)
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
(Kerusakan
pd Dinding Rumah)
|
|||
Skip
-RT 002/ RW 01
-RT 001/RW 07
-RT 001/ RW 04
|
1
-
1
|
-
1
-
|
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
Tambahan
data dari Dinsos Kota (21/6)
|
|||
2
|
Nusaniwe
|
Kel. Benteng
- RT 004/ 03
(Kuburan Kristen)
- RT 002/ RW 01
|
-
-
|
-
2
|
|
|
Kel. Nusaniwe
- RT 003/ RW 01
(sekitar Gd. Dolog)
- RT 003/ RW 04
|
-
-
|
2
2
|
Sudah ada penanganan (daerah longsor
sementara ditutup terpal)
|
|||
Kel. Mangga Dua
- RT 003/ RW 02
|
-
|
1
|
Kondisi
rumah sebagian menggantung
|
|||
Kel. Urimessing
- RT 002/ RW 04
- RT 004/ RW 03
|
-
1
|
1
-
|
|
|||
3
|
Baguala
|
Waiheru
|
-
|
1
|
|
|
Desa Passo
|
8
|
4
|
|
|||
JUMLAH
|
53
|
60
|
|
|||
Ø Infrastruktur Jembatan
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (unit)
|
Ket
|
1
|
Sirimau
|
Desa Batu Merah
- RT 001/ RW 14
- RT 004/ RW 14
|
1
1
|
Patah
Talud
Jembatan Patah
|
Kel. Amantelu
|
-
|
|
||
Kel. Karang Panjang
|
-
|
|
||
Kel. Batu Meja
|
-
|
|
||
Kel. Waihoka
|
-
|
|
||
Hative Kecil
|
-
|
|
||
|
|
|
||
2
|
Nusaniwe
|
Kel. Benteng
Kuburan Kristen
|
-
|
|
Air Salobar (Gd. Dolog)
|
-
|
|
||
Ponogoro
|
-
|
|
||
3
|
Baguala
|
Waiheru
|
-
|
|
Desa Passo
|
-
|
|
||
|
|
|
||
JUMLAH
|
2
|
|
Ø
Infrastruktur Talud
Penahan Tanah, Badan Jalan dan Sungai
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah (Unit)
|
Ket
|
|
1
|
Sirimau
|
Desa Batu Merah
- RT 004/ RW 17
|
1
(panjang 8 m)
|
Talud
penahan patah
|
|
Kel. Amantelu
- RT 005/ RW 05
|
1
(Panjang m)
|
Talud
Patah
|
|||
Kel. Karang Panjang
- RT 003/ RW 02
|
1
(Panjang m)
|
Talud
penahan patah
|
|||
Kel. Batu Meja
|
-
|
|
|||
Kel. Waihoka
|
-
|
|
|||
Hative Kecil
- Kampung Aster
- Kompleks BTN
|
1 (panjang ± 50 m)
1 (panjang ± 20 m)
|
Penahan Jalan Air
Penahan Tanah
|
|||
2
|
Nusaniwe
|
Kel. Benteng
- RT 004/ RW 03
(Kuburan Kristen)
- RT 001/ RW 01
|
1 (panjang ± 125 m)
1 (panjang ± 4 m)
|
2 kuburan hancur
Talud Penahan Tanah roboh
|
|
Kel. Nusaniwe
- RT 003/ 01 (Gd. Dolog)
- RT 003/ 04 (Benteng
Atas)
|
1 (panjang ± 30 m)
1 (panjang ± 16 m)
|
Sudah ada penanganan (daerah longsor sementara ditutup
terpal)
Dibutuhkan terpal untuk menutup longsoran
|
|||
Kel. Urimessing
- RT 004/ 03
(Mangga Dua Atas)
|
2 (panjang ± 25 m)
|
|
|||
3
|
Baguala
|
Waiheru
|
|
|
|
Desa Passo
|
|
|
|||
JUMLAH
|
11
|
|
|||
Ø Longsor
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah
|
Ket
|
1
|
Sirimau
|
Desa Batu Merah
|
2
|
Rumah
Terancam
|
Kel. Amantelu
RT 003/ RW03
|
1
|
Panjang
± 30 m
|
||
Kel. Karang Panjang
RT 003/ RW 02
|
1
|
13
rumah dalam kondisi terancam
|
||
Kel. Batu Meja
|
1
|
|
||
Kel. Waihoka
|
1
|
|
||
Hative Kecil
Ø
RT 02/
RW 06
Ø
RT 01/
RW 06
Ø
RT 01/
RW 03
Ø
RT 02/
RW 02
Ø
Kel.
Walalayo
|
1
1
1
1
1
|
Panjang
± 30 m
Panjang
± 10 m
Panjang
± 15 m
Panjang
± 5 m
Panjang
± 10 m
|
||
Batu Gajah
- RT 002/ RW 02
- RT 003/ RW 01
- RT 001/ RW 04
- RT 004/ RW 03
|
1
1
1
1
|
Talud dan saluran air/got
(sudah diantisipasi oleh masyarakat)
Jalan setapak
(sudah diantisipasi oleh masyarakat)
Rumah Tinggal dan jalan setapak
(sudah diantisipasi oleh masyarakat)
Rumah Tinggal dan jalan setapak
(sudah diantisipasi oleh masyarakat)
|
||
2
|
Nusaniwe
|
Kel. Benteng
- RT 002/ 01
(Belakang Sekolah Perawat)
|
6
|
Terdapat
6 titik longsoran
(Titik Longsoran I → panjang ± 10 m;
Titik Longsoran II → panjang ± 7 m;
Titik Longsoran III → panjang ± 6 m;
Titik Longsoran IV → panjang ± 5 m;
Titik Longsoran V → panjang ± 6 m;
Titik Longsoran VI → panjang ± 5 m)
|
Kel. Nusaniwe
- RT 01/ 02
(Benteng Atas)
|
1
|
Longsoran
sepanjang ± 28 m; tinggi ± 8 m
(2
rumah terancam roboh)
|
||
Kel. Mangga Dua
- RT 003/ 02
(Mangga Dua
Atas)
- RT 001/ 02
(Samping Kantor
Kelurahan
Mangga Dua)
|
1
1
|
Longsoran sepanjang ± 17,5 m
(1 rumah terancam roboh)
Longsoran
sepanjang ± 10 m
|
||
Kel. Urimessing
- RT 002/ 04
(Ponegoro
Atas)
- RT 004/ 03
(Mangga Dua
Atas)
- RT 004/ 02
(Air Mata
Cina)
|
1
1
2
|
Longsoran sepanjang 6 m
Longsoran sepanjang 6 m
Longsoran I sepanjang ± 30 m (1 rumah
terancam) dan Longsoran II sepanjang ± 25 m
(4
rumah terancam)
|
||
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/Desa
|
Jumlah
|
Ket
|
|
|
Kuda Mati
- RT 006/ 01
- RT 001/ 01
|
1
1
|
Longsoran (1 rumah terancam)
Longsoran (1 rumah terancam);
Sudah
ditanggulangi oleh masyarakat
|
3
|
Baguala
|
Waiheru
|
|
|
Desa Passo
|
|
|
||
JUMLAH
|
30
|
|
Ø Rumah Ibadah
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan/ Desa
|
Jumlah (Unit)
|
Ket
|
|
Rusak Ringan
|
Rusak Berat
|
||||
1
|
Sirimau
|
Kel. Batu Meja
|
-
|
1
|
Gereja
Anugerah
|
JUMLAH
|
-
|
1
|
|
v UPAYA PENANGANAN
YANG TELAH DILAKUKAN
§ Terhadap
Korban:
Ø
Meninggal :
Telah dilaksanakan evakuasi dan
pemakaman pada hari Minggu, tanggal 13 Juni 2010, terhadap korban meninggal
dunia atas nama M. Fahril (2,5 tahun) dan M. Rian (1,5 tahun)
Ø
Luka
Berat :
Korban yang mengalami luka berat telah
dievakuasi ke RS dr. Haulussy Ambon
Ø
Luka
Ringan :
Warga yang mengalami luka ringan
telah mendapat perawatan langsung pada Posko Penanggulangan Bencana, dimana
telah didatangkan Tim Medis dari RST Ambon dan Dinas Kesehatan Kota Ambon.
Ø
Hilang : -
Ø
Pengungsi :
Warga yang rumahnya hancur, telah
diungsikan di tempat yang aman.
Untuk warga Batu Merah diungsikan
di Masjid setempat dan tenda yang didirikan oleh Dinas Sosial pada lokasi
bencana.
Ø
Data
Orang Sakit :
Warga yang terkena sakit dan
berobat di Posko Kesehatan sebanyak 100 orang. Adapun penyakit yang diderita
diantaranya adalah gatal-gatal, sakit dalam, diare dan rawat luka.
§ Terhadap
Kerusakan:
Telah dilaksanakan pembersihan
pada sebagian lokasi bencana, dimana terkoordinir oleh Satlak Penanggulangan
Bencana yang melibatkan personil TNI-Polri, Tagana dan masyarakat setempat.
Adapun pekerjaan pembersihan
di jalan Ksatrian Kel. Amantelu telah diselesaikan 100%. Sedangkan untuk
pembongkaran jembatan beton di Kel. Amantelu juga telah mencapai 90%.
Tanggal 19 Juni 2010, Tim dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengunjungi daerah longsor didampingi
Koordinator Lapangan dan petugas Posko Penanggulangan Bencana.
Tanggal
20 dan 21 Juni 2010, Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Bandung kembali mengunjungi daerah
bencana di Batu Merah Dalam didampingi
petugas Posko Penanggulangan Bencana. Dari hasil peninjauan sementara,
diusulkan untuk sesegera mungkin membuat saluran drainase dalam mengantisipasi
air yang turun dari tebing pada jalur kelongsoran menuju ke perumahan warga.
Sehingga longsor susulan bias terminimalisir.
v
SUMBER DAYA
§ Sarana Prasarana
Sarana Prasarana yang digunakan,
antara lain: truck sampah, mobil air bersih dari TNI dan Dinas Sosial, cangkul,
sekop, karung, palu dan linggis.
§ Sumber Daya Manusia
Relawan yang membantu proses
pembongkaran jembatan berasal dari
personil TNI 15 org dan operator mesin “Jack Hammer” dari Dinas PU Kota 5 org.
Untuk kegiatan Dapur Umum, Tagana Dinas
Sosial Propinsi Maluku yang bertugas
sejumlah 60 orang.
§ Logistik
Bantuan logistik yang telah
diterima Posko Penanggulangan Bencana, antara lain:
ØDinas Sosial Kota Ambon
dan Provinsi Maluku:
- Mie Instan (Sarimie) 44 Karton
- Minyak Goreng 12
Karton
- Ikan Kaleng/ Sardencis 44 Karton
- Beras 11
Karung (15 kg/karung)
- Biskuit (Marie Susu) 2 Karton
- Kecap ABC 9
Karton
- Sambal Botol 8
Karton
- Selimut 50
Buah
- Terpal 51
Buah
- Pakaian Seragam SD 250 Potong
- Velbed 10
Set
- Telur 150
Butir
- Minyak Goreng 6
Liter
ØBPBD dan
Dinas PU Provinsi Maluku:
- Karung 2000
Sak
ØDinas PU
Kota Ambon:
- Hamer 6
Buah
- Cuka Asli 100% 5
Liter
- Betel 10
Buah
ØDinas Kesehatan Propinsi
Maluku:
- Amoxilin 50
Botol
- Fondazen 10
Dos
- Asam Mefenamat 10 Dos
- Antalgin 10
Dos
- Fervital 10
Dos
ØDinas Kebersihan Kota
Ambon:
- Skop 60
Buah
- Pacul 25
Buah
- Alat Penggaruk
Sampah 15 Buah
ØSumbangan dari Bpk.
Abraham Pakel:
- Mie Instan (Indomie) 20 Dos
- Kompor 10
Unit
- Beras 3
Karung (25 kg/karung)
ØKesdam XVI/ Pattimura
memberikan bantuan obat-obatan untuk masyarakat.
ØDharmapala Universitas
Darusalam:
-
Mie Instan (Sarimie) 40 Karton
-
Beras 12
Karung (24kg/karung)
Bantuan dari Dharmapala
Universitas Darusalam ditujukan pada Dapur Umum Posko Penanggulangan Bencana.
Selain itu juga, telah didirikan
Dapur Umum di Posko Penanggulangan Bencana, Batu Merah.
Bantuan Logistik yang telah
disalurkan kepada korban bencana, antara lain:
-
Sekop 60
Buah
-
Pacul 25
Buah
-
Alat Penggaruk Sampah 15
Buah
-
Hamer/ Palu 5
Buah
-
Betel 10
Buah
-
Cuka Asli 100% 5
Liter
-
Karung 2000
Buah
-
Air Mineral 2
Karton
-
Mie Instan 64
Karton
-
Minyak Goreng 12
Karton
-
Biskuit Marie Susu 2
Karton
-
Ikan Kaleng/ Sardencis 29
Karton
-
Beras 14
Karung (15kg/ karung) + 3 Karung (25kg/karung)
-
Terpal 51
Buah
-
Pakaian Sekolah 89
Potong
-
Kecap ABC 9
Karton
-
Sambal Botol 8
Karton
-
Velbed 10
Buah
-
Tenda 1 Buah
-
Kompor 10
Buah
Adapun bantuan kesehatan yang
telah disalurkan, antara lain:
-
Amoxilin 50
Botol
-
Fondaven 10
Dos
-
Asam Mefenamat 10
Dos
-
Antalgin 10
Dos
-
Fervital 10
Dos
§
Dana
Untuk sementara dana bersumber
dari kas Pemerintah Kota Ambon
v KENDALA
- Dukungan dari instansi terkait belum
maksimal sehingga menghambat penanganan
- Aparat Desa kurang maksimal dalam proses
pendataan sehingga menghambat validitas data korban bencana. Hal ini
mengakibatkan data korban bencana yang diterima posko tidak akurat.
- Keterbatasan
peralatan sehingga menghambat pelaksanaan pekerjaan. Sebagai contoh dalam
pembongkaran jembatan beton, “jack
hammer” yang digunakan sempat mengalami kerusakan mekanik. Dan sampai
saat ini masih mengalami kerusakan. Sehingga pekerjaan selama 2 (dua)
hari, terhambat.
- Adanya
bantuan dari pihak luar yang langsung diberikan ke sasaran.
- Kurang
adanya kesadaran dari masyarakat dalam pengembalian peralatan makan dan
minum yang disediakan oleh Dapur Umum, sehingga jumlah peralatan makan dan
minum di Dapur Umum untuk mendukung jalannya distribusi makanan berkurang
drastis.
v KEBUTUHAN
DARURAT
§ Makanan dan air minum
§ Kebutuhan dasar
sandang (Pakaian, selimut, sarung, alas tidur, perlengkapan mandi, dll)
§ Kebutuhan air bersih
§ Pasokan listrik dan air bersih sangat
diharapkan berjalan lancar
§ Peralatan makan dan minum di Dapur Umum Posko
Penanggulangan Bencana Desa Batu Merah sudah sangat berkurang.
§ Penanganan sesegera mungkin saluran drainase
pada daerah longsor. Mengingat telah terbentuk jalur air yang turun dari tebing ke perumahan warga
telah. Dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan.
§ Alat potong baja.
v POTENSI
BENCANA SUSULAN
Bencana
susulan berpotensi terjadi pada titik-titik kelongsoran jika curah hujan
meningkat, sehingga dibutuhkan perhatian khusus dan penanganan secepatnya dari
instansi terkait agar resiko bencana bisa diminimalisir.
A. Tahapan
Mitigasi Bencana Tanah Longsor
·
Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang
tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk
melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
·
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari
suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana
dan rencana pengembangan wilayah.
·
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan
setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
·
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan
bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
·
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam
tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat
juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
·
Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab,
proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di
suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
B. Strategi
dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor di Kota Ambon
1.
Hindarkan daerah rawan bencana untuk
pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya
2.
Mengurangi tingkat keterjalan lereng
3.
permukaan maupun air tanah. (Fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase
harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
4.
Pembuatan bangunan penahan, jangkar
(anchor) dan pilling
5.
Terasering dengan sistem drainase
yang tepat.(drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan
meresapkan air ke dalam tanah)
6.
Penghijauan dengan tanaman yang
sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng
curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam rumput).
7.
Mendirikan bangunan dengan fondasi
yang kuat
8.
Melakukan pemadatan tanah disekitar
perumahan
9.
Pengenalan daerah rawan longsor
10. Pembuatan
tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall)
11. Penutupan
rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
12. Pondasi
tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction(infeksi
cairan).
13. Utilitas
yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel
14. Dalam
beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
v
Upaya
pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor di kota Ambon:
1. Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat
ciri-ciri daerah rawan longsor kita dapat menghindar.
2. Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
3. Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
(akar tunggang)
4. Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan material
lempung untuk mencegah air masuk kedalam tanah
5. Selalu waspada pada sat musim hujan terutama pada saat curah hujan yang
tinggi dalam waktu lama.
6. Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala
kecil di sepanjang lereng.
v Yang harus dilakukan saat tanah
longsor :
·
Segera
keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih
stabil,
·
Bila
melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan
kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik
untuk badan Anda.
v Yang harus dilakukan setelah
tanah longsor :
·
Hindari
daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi,
·
Periksa
korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah
longsoran,
·
Bantu
arahkan SAR ke lokasi longsor,
·
Bantu
tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak - anak, orang tua dan orang cacat,
·
Dengarkan
siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan terkini,
·
Waspada
akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor,
·
Laporkan
keruskan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang,
·
Periksa
kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor,
·
Tanami
kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk menghindari erosi
yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang,
serta
Mintalah
nasihat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan teknik untuk mengurangi
resiko tanah longsor.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
ü Kesimpulan
:
Dari makalah yang berjudul “
Tanah Longsor di Kota Ambon ” , kami dapat menarik kesimpulan, diantaranya:
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng.
Faktor penyebab terjadinya
gerakan pada lereng (tanah longsor) juga tergantung pada kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai faktor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah
longsor ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan masyarakat untuk mengenali
tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi
dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen
mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat di kota Ambon.
ü Saran :
Ada beberapa tindakan
perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian,
antara lain:
Ø
Perbaikan
drainase tanah (menambah materi - materi yang bisa menyerap).
Ø
Modifikasi
lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
Ø
Vegetasi
kembali lereng - lereng.
Ø
Beton-beton
yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus
dihimbau oleh mahasiswa kepada masyarakat untuk menghindari bencana tanah
longsor adalah :
Ø
Jangan
mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Ø
Buatlah
terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman
Ø
Segera
menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan
Ø
Jangan
melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Ø
Jangan
menebang pohon di lereng
Ø
Jangan
mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
Ø
Jangan
mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
Ø
Jangan
memotong tebing jalan menjadi tegak
Ø
Jangan
mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
DAFTAR PUSTAKA
- Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor.
diakses November 2011.
- Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005.
Pengenalan
Gerakan Tanah. Jakarta Mancamedia
- http://m.Abatasa.com. diakses November 2011.
- http://www.siwalimanews.com/post/sejumlah_kawasan_di_kota_ambon_rawan_longsor
- Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya
Mitigasinya di Indonesia, Set BAKORNAS PBP
·
http://www.anneahira.com/longsor.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar