Gereja
Protestan Maluku (GPM) merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis.
GPM berdiri di Ambon, Maluku pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati
sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di
Indonesia (GPI)
atau Indische Kerk sebagai
bentuk kemandirian gereja.
Tentang Gereja
Gereja
Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah
Provinsi Maluku (Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease
(Saparua, Haruku dan Nusalaut), Pulau-pulau Banda, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru
(Dobo), Tanimbar, Babar, Leti-Moa-Lakor, Kisar hingga Wetar, dan Provinsi
Maluku Utara (Ternate, Pulau-pulau Bacan, Pulau-pulau Obi, dan Kepulauan Sula)
GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di
provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan
mereka makin menyala-nyala.
Tantangan-tantangan yang
dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada Perang Dunia II oleh
Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa
desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan RMS di tahun 1950
berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Seram. Kemudian
yang terakhir ketika pecah kerusuhan antarwarga Kristen – Islam yang sangat
disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian. Sehingga
kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur,
fasilitas sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis
berhenti melayani dan ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan
orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali, dan
Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa tempat bekas kerusuhan muncul pembagian
wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang sebenarnya sangat disayangkan, serta
muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada kedua pihak.
Kini
GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara fisik
tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan
masyarakat Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong”
yang diharapkan dapat menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga
masyarakat Kristen di Maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan
pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam
kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang
komprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam
mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan.
Sejarah Berdirinya GPM
1605,
27 Februari: GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis dari
orang-orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon.
1621:
Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan
berkedudukan di Batavia (Jakarta),
1622:
Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktivitas
penginjilan di wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan,
khususnya melalui peran Pendeta Adriaan Hulsebos, yang telah berupaya membuat
pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di Teluk Ambon, beliau pun meninggal, dan misinya dilanjutkan
oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan
Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku, maupun Indonesia).
1799:
Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang terlantar,
termasuk beberapa jemaat di Ambon.
1815-1833: Joseph Kam diutus ke
Maluku oleh NZG (Nederlands Zending
Genootschap).
1871:
Joseph Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon
1930:
Gereja terus berkembang di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh
Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan
Nederlandse Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah
meliputi hampir seluruh Maluku.
1935 6
September: GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi,
liturgi, dan keuangan
1950:
RMS membakar Kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar.
Pada
tanggal 25 Mei 1950, GPM menjadi anggota PGI.
1999-2003:
Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga
mengakibatkan ratusan gereja dan mesjid terbakar dan ribuan orang meninggal.
Personalia
Majelis Pengurus Harian (MPH) Gereja Protestan
Maluku 2010-2015:
v
Ketua Sinode:
Pdt. DR. John Chr. Ruhulessin
v
Sekretaris
Umum : Pdt. Victor Untayana, M.Th
v
Wakil Ketua : Pdt. J. Noya, M.Th
v
Wakil Ketua : Pdt. Lies Mailoa - Marantika
v
Wakil
Sekretaris Umum : Pdt. W. Pariama, S.Th
v
Anggota: Pnt.
Ny. Sigerz
v
Anggota: Pnt.
Nick Far-far
v
Anggota: Pdt.
Jan Latuwael
v
Anggota: Pdt.
Ola Subagio