Minggu, Oktober 20, 2013

TEKS NARASI UNTUK IBU Dra. E. TUTUHATUNEWA, M.Pd

Malam yang dingin, disertai hujan rintik, saya duduk diam melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 12. Saya berpikir, besok teks narasi untuk dosen saya akan dikumpulkan, sedangkan saya masih duduk diam memandang waktu, menikmati dinginnya malam. Akhirnya saya memutuskan untuk menyalakan laptop dan mulai membuat teks narasi untuk dosen saya.

Setelah menjadi mahasiswa pada FKIP Program Studi Pendidikan Matematika, awalnya saya dan teman-teman mahasiswa baru lainnya diperkenalkan dengan dosen-dosen yang mengajar pada program studi tersebut. Tetapi saat itu, kami belum berkenalan langsung dengan dosen-dosennya. Kami hanya mendengar nama para dosen dibacakan. Yang kami kenal hanyalah ketua program studi yang menyempatkan diri untuk melihat mahasiswa seperti apa yang akan menjadi cobaan bagi beliau dan para dosen lainnya.

Saat itu, Salah satu nama dosen yang disebutkan kedua setelah guru besar Prof. Dr. T. G. Ratumanan, M.Pd adalah Dra. E. Tutuhatunewa, M.Pd yang dikatakan oleh kakak tingkat merupakan dosen senior di FKIP program studi pendidikan matematika ini. Awalnya saya belum mengenal yang mana dosen senior yang disebutkan oleh kakak tingkat di Program Studi Pendidikan Matematika, sampai saat saya mulai belajar dan menawarkan mata kuliah Kalkulus 1 pada semester 1.

Kuliah kalkulus 1 selalu dimulai jam 8 pagi. Karena hari itu hari pertama kontrak kuliah, maka saya datang pagi sekali. Kuliah mulai tepat jam 8, tetapi belum jam 8, ada dosen yang sudah datang lebih dulu. Dilihat dari dandanan yang sangat rapi dengan rambut yang pendek menandakan bahwa dosen yang satu ini sangat disiplin. Tepat jam 8, ada 2 dosen yang masuk di kelas. Kedua dosen mulai memperkenalkan nama, dosen yang sangat rapi tadi bernama Ibu E. Tutuhatunewa. Itulah awal saya mengenal Ibu Edeth.

Saat perkuliahan, Ibu Edeth selalu tepat waktu dan setiap beliau masuk kelas, ruang kelas hening seperti tidak ada mahasiswa. Kami mahasiswa seakan takut melihat Ibu Edeth. Saya sendiri sangat takut kepada Ibu Edeth, saya tidak berani berbicara jika beliau sedang mengajar. Saya juga berusaha untuk tidak terlambat pada saat Ibu memberikan kuliah.

Saya masih mengingat, saat saya turun dari ojek, dan tukang ojek tidak memiliki uang kembalian untuk saya, dan saat itu Ibu Edeth dengan baiknya membayar ojek yang saya naiki. Waktu itu rasa senang bercampur malu, ada dalam pikiran saya. Bukan senang karena saya naik ojek gratis, tetapi karena Ibu dengan baiknya mau membantu saya. Mulai saat itu, saya mulai menyukai Ibu Edeth. Bukan sejak beliau membayar ojek saya, tetapi sejak beliau mengajar mata kuliah kalkulus 1. Cara beliau mengajar, membuat mahasiswa mengerti dan tidak cepat bosan.

Ibu pernah marah kepada saya dan teman-teman saya. Saya pernah merasa sangat takut, saat Ibu memarahi seseorang dari depan kelas. Saya merasa takut karena saat Ibu mengajar, saya sedang menguap. Hari itu saya mengira, mahasiswa yang diusir Ibu dari kelas adalah saya, padahal Ibu memarahi teman di samping saya yang sedang tertawa saat Ibu mengajar di depan. Entah apa alasan teman saya tertawa, tetapi saat Ibu marah, rasa kantuk yang ada pada saya hilang. Saya pun kapok menguap saat Ibu mengajar. Ibu Edeth kalau marah, memang menakutkan, tetapi sebenarnya hal itu untuk kebaikan kami mahasiswa.

Ibu juga seringkali memarahi saya dan teman-teman saya jika saya dan teman saya berlaku tidak sopan atau jika teman saya bermain-main pada saat proses belajar-mengajar, dan lain-lain. Walaupun demikian, Ibu juga pernah bercanda, candaan Ibu sangat bagus sehingga mahasiswa tidak bosan saat Ibu mengajar. Saya juga suka nada dering handphone yang Ibu pakai, nada deringnya keren.

Lama mengenal Ibu, saya sadar Ibu pasti belum mengenal saya (karena memang saya kurang terkenal di kampus). Pada saat ikut seminar yang dibawakan Ibu Edeth pada Pengabdian Masyarakat di Desa Kairatu lalu, saya tertarik dengan yang Ibu bahas yaitu tentang penulisan karya ilmiah. Setelah mengikuti seminar itu, saya memberanikan diri meminta file dari Ibu untuk saya jadikan pedoman penulisan makalah saya. Dan seperti biasa, Ibu dengan baiknya melayani mahasiswa seperti saya.

Ibu mungkin tidak mengingat nama saya, tetapi Ibu pasti mengingat wajah saya. Waktu saya ke ruang program studi, Ibu pernah bertanya kepada saya mengenai makalah seminar saya. Ibu juga pernah memanggil saya, dan saat itu saya tidak tahu, apakah memang Ibu mengingat marga saya ataukah Ibu mengetahui marga saya dari dosen lain atau mahasiswa lain. Saat itu saya sangat senang karena walaupun tidak mengingat nama saya, tetapi Ibu mengingat wajah saya.

Sekarang, Ibu akan pensiun. Ibu Edeth adalah dosen senior terbaik dan kami yang pernah diajar beliau sangatlah beruntung. Saya dan teman-teman saya akan selalu mengingat Ibu, dan kami sangat berterima kasih karena Ibu pernah mengajar dan mendidik kami. Semoga Ibu tidak melupakan saya dan teman-teman saya. Walaupun Ibu tidak mengingat kami atau marga kami, setidaknya Ibu mengenal saya dan teman-teman saya angkatan 2010.
Terima Kasih Ibu. J


Dari Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2010 FKIP Unpatti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar