Selasa, November 19, 2013

SKALA PENGUKURAN

Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian adalah menyusun alat ukur (instrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

1.             Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas, atau klasifikasi. Skala nominal ini hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Sebagai contoh, jenis kelamin merupakan contoh skala nominal yang menandai seseorang, yakni laki-laki atau perempuan.
Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah:
a.              Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah).
b.             Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel semata.

2.             Skala Ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih substansial dibandingkan dengan skala nominal. Contoh dalam kelas kepelatihan yang terdiri dari beberapa trainee Adi, Budi, Santi, Eka, Fitri, dan Gina. Eka adalah siswa yang paling tinggi, diikuti kemudian oleh Adi dan Santi, sedangkan Gina adalah siswa yang paling pendek, yang agak tinggi Budi, dan diikuti kemudian oleh Fitri. Dalam analisis data, ada kemungkinan seorang pengembang ingin mengurutkannya dari variabel paling tinggi ke yang paling rendah, atau sebaliknya dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Untuk tujuan itu, mereka dapat melakukan analisis pada para trainee, kemudian diurutkan sesuai dengan keperluannya. Hasil yang dicapai diantaranya menjadi seperti berikut: Eka, Adi, Santi, Fitri, Budi, dan Gina (siswa dengan badan tertinggi diberi urutan ke- 1, kemudian di bawahnya diberi urutan ke- 2 dan seterusnya).
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain:
a.              Kategori data saling memisah,
b.             Kategori data memiliki aturan yang logis,
c.              Kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.

3.             Skala Interval
Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal dan skala ordinal. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang dapat dipergunakan dalam  operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistic parametric. Contoh: jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.

4.             Skala Rasio
Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini memiliki nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang, kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita dapat menginterpretasikan perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m, kendaraan  yang melaju denagn kecepatan 60 km/ jam adalah dua kali lebih cepat dibanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam. Contoh lain, Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Adapun berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan antara lain:

a.             Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.    Sangat baik
1)     Sangat setuju
a)          Selalu
b.    Baik
2)     Setuju
b)          Sering
c.    Ragu-ragu
3)     Ragu-ragu
c)          Ragu-ragu
d.    Tidak baik
4)     Tidak setuju
d)          Kadang-kadang
e.     Sangat tidak baik
5)     Sangat tidak setuju
e)          Tidak pernah
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
1.             Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
2.             Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

Contoh Bentuk Checklist:
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan memberi tanda () pada kolom yang tersedia.
No
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1


2
Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik
.................................




Contoh Bentuk Pilihan Ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda silang pada nomor jawaban yang tersedia.
Kurikulum baru 2013 harus segera diterapkan di setiap lembaga pendidikan.
a)             Sangat tidak setuju
b)             Tidak setuju
c)             Ragu-ragu
d)             Setuju
e)             Sangat setuju

b.             Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Pennelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
a)         Setuju
b)        Tidak setuju

c.              Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinu yang jawaban “sangat positifnyaterletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh: Nilai Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat
5
4
3
2
1
Tidak Bersahabat
Tepat Janji
5
4
3
2
1
Ingkar Janji
Bersaudara
5
4
3
2
1
Memusuhi
Memberi Pujian
5
4
3
2
1
Mencela
Mempercayai
5
4
3
2
1
Mendominasi
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif.

d.             Rating Scale
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif  yang telah disediakan. Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 2 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 2.

Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah C?
Berilah jawaban dengan angka:
(4) Bila tata ruang itu sangat baik
(3) Bila tata ruang itu cukup baik
(2) Bila tata ruang itu kurang baik
(1) Bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No.
Item
Pernyataan Tentang Tata Ruang Kelas
Interval Jawaban
1.

2.
3.
Penataan meja murid dan guru sehingga komunikasi lancar
Pencahayaan alam tiap ruang
Kebersihan ruangan
4     3     2     1

4     3     2     1
4     3     2     1
Terdapat beberapa bentuk rating scale antara lain:
1)             Skala Numerik/Kuantitatif
Skala ini menggunakan angka-angka (skor-skor) untuk menunjukan gradasi-gradasi, disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
2)             Skala Penilaian Grafis.
Skala menggunakan suatu garis sebagai kontinu. Gradasi-gradasi ditunjuk pada garis itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat di bawah garisnya Pengamat memberikan tanda silang di garis pada tempat yang sesuai dengan gradasi yang dipilih.
3)             Daftar Cek.

Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple choice). Pada masing-masing sifat atau sikap yang harus dinilai, disajikan empat sampai lima pilihan dengan deskripsi singkat pada masing-masing pilihan. Pengamat memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di ruang yang disediakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar