Kamis, Februari 06, 2014

Keterampilan Menjelaskan



I.              Ketrampilan menjelaskan adalah Ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.
(Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat sesuatu menjadi jelas”. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut, misalnya hubungan informasi yang baru dengan informasi yang sudah diketahui, hubungan sebab akibat, hubungan antara teori dari praktik atau hubungan antara dalil - dalil dengan contoh.)

II.              Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
a.    Menganalisis dan merencanakan:
Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua hal tersebut sangat menentukan apakah penjelasan kita tepat sasaran atau tidak.
-     Isi pesan (materi):
·           Sebelum memberikan penjelasan, buatlahh analisis terlebih dahulu terhadap masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengindentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
·           Kita perlu mengenali lebih detil tentang jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dibicarakan. Jangan sampai penjelasan yang kita berikan tidak nyambung dengan tujuan pembelajaran
·           Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung
-     Penerima pesan (siswa):
Sehubungan dengan siswa sebagai penerima penjelasan, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
·           Relevansi penjelasan dengan pertanyaan siswa atau dengan situasi yang membingungkan siswa.
·           Daya serap/tingkat pemahaman siswa sesuai dengan apa yang telah diketahui.
·           Kesesuaian penjelasan dengan tingkat pengetahuan siswa.
Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangan hal-hal tersebut

b.    Menyajikan suatu penjelasan:
-     Kejelasan: jelas kata-katanya, ungkapan kalimatnya lengkap, volume suaranya jelas terdengar siswa, istilah teknis dan asing perlu disampaikan dengan waktu diam atau senyap untuk memberi kesempatan siswa dapat menangkap artinya. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Usahakan untuk menghindari penggunaan ucapan-ucapan berikuut ini, seperti “ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”biasanya”, ”sering kali”, dan istiah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh audiens. Ungkapan-ungkapan tersebut kadang malah membuat peserta didik terganggu dan akhirnya tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan.
-     Penggunaan contoh dan ilustrasi: Konsep baru atau yang sulit/kompleks perlu diberi contoh dan ilustrasi sesuai dengan tingkat pemahaman dan pengertian siswa. Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu tahu konsep CTL, Contextual Teaching and Learning, bahwa proses pembelajaran yang kita lakukan seharusnya lebih bermakna bagi peserta didik. Agar lebih bermakna, maka pembelajaran harus lebih faktual dan kontekstual. Peserta didik akan lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran jika dikaitkan dengan dunia mereka.
v  Menghubungkan dalil, rumus, dan contoh dengan pola (1) induktif: khusus ke umum dan (2) deduktif: umum ke khusus.
-       Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus).
-       Pola deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalisasi dikemukakan lebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Pola yang digunakan bergantung pada materi pembelajaran, kemampuan, usia dan latar belakang kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan dalil dan contoh ini, ada kata-kata khusus yang biasa digunakan sebagai kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untuk mengaitkan ide utama dan yang kurang penting digunakan kata-kata: jika.. .maka, walaupun begitu, sehingga, sementara itu, dalam pada itu, juga, karena, sebab, dan sebagainya. Untuk menghubungkan ide-ide yang sama pentingnya, digunakan kata-kata, seperti sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi, atau akibatnya. Dengan istilah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukkan hubungan.

-     Pemberian tekanan: Memberi tekanan pada hal-hal yang penting dengan cara berikut ini:
·           Tekanan suara pada bagian yang penting.
·           Membuat ikhtisar dan pengulangan.
·           Memparafrase (mengatakan dengan kalimat lain).
·           Memberi tanda isyarat seperti “pertama”, “kedua” dll.
Dalam memberikan penjelasan, kita harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi informasi yang tidak penting. Dalam hal ini kita dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti: “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”, “perhatikan, yang ini agak susah”.
-     Balikan: Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan berilah kesempatan bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan (mernberi balikan).
Kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya ketika penjelasan itu kita berikan. Berdasarkan balikan itu kita perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap peserta didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti: ”Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”, dan sebagainya.

III.              Dalam menjelaskan, perlu diperhatikan hal - hal berikut:
ü  Memperhatikan antara yang menjelaskan (guru), yang mendengarkan (penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat pemahaman siswa), dan bahan yang dijelaskan harus bermakna bagi yang mendengarkan (siswa),
ü  Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan,
ü  Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik
ü  Penjelasan yang diberikan harus bermakna sesuai dengan tujuan pelajaran, dan
ü  Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan akan suatu penjelasan muncul dari siswa, misalnya siswa mengajukan suatu pertanyaan yang memerlukan penjelasan.
Keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari - hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
IV.              Manfaat guru memiliki keterampilan menjelaskan:
Menjelaskan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru di kelas. Dalam pola interaksi belajar mengajar di kelas biasanya guru cenderung mendominasi pembicaraan padahal guru yang memberi fakta, ide, pendapat, menegur siswa, memberi alasan untuk bertindak, dan sebagainya, mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajar siswa.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai guru dalam memberikan penjelasan.
ü  Membimbing siswa memahami jawaban “mengapa”.
ü  Membantu siswa memahami atau mendapatkan materi secara objektif dan nalar.
ü  Melibatkan siswa dalam proses berpikir menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.
ü  Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat pemahamannya dan membetulkan pengertian siswa yang salah.
ü  Membantu siswa menghayati sesuatu melalui proses penalaran dan pembuktian terutama dalam situasi yang meragukan.

Kadang-kadang penjelasan guru hanya dapat dimengerti oleh guru itu sendiri, tidak dapat dimengerti oleh siswanya. Oleh karena itu, guru harus memberi penjelasan sesuai dengan tingkat pemahamnya. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya dikarenakan mungkin sumber -sumber informasi pengetahuan yang tersedia untuk membantu proses belajar siswa terbatas atau kurang. Oleh karena itu, guru perlu menguasai keterampilan menjelaskan yang efektif agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada peserta didiknya. Penjelasan yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Misalnya guru akan menjelaskan konsep ”atas”. Jika peserta didiknya adalah anak usia TK (4 – 5 tahun) maka dia harus menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar